Alas Roban terletak di kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Banyak sumber yang menyebutkan bahwa cara pelet pelintir merica hutan ini dulu adalah tempat pembuangan mayat pada masa Petrus (penembak misterius) sekitar tahun 1997. Di kawasan ini juga tercatat sering terjadi kecelakaan, dan tak jarang sampai si pengemudi meninggal dunia. Ada pula yang mengaku pernah ditemui pocong, kuntilanak, dan genderuwo saat melintasi Alas Roban.
Bayuaji, salah seorang kondektur bus malam, menuturkan pengalamannya kepada sebuah majalah misteri.
“Dulu kalau sudah malam, sepanjang jalur Alas Roban sangat gelap karena belum ada lampu penerangan jalan dan masih dikelilingi pohon-pohon jati. Jalannya juga enggak mulus karena banyak tikungan, tanjakan serta turunan curam. Ditambah lagi dengan cerita mistis tentang hantu gentayangan yang kerap terlihat di waktu malam,” ujarnya.
Tidak hanya kisah seram, ada juga cerita-cerita tentang bajing loncat atau begal yang katanya sering merampok kendaraan-kendaraan bermuatan logistik.
Dulu, kawasan Alas Roban sangat gelap karena belum ada penerangan. Kendaraan-kendaraan biasanya tidak berani melintas pada malam hari. Bus atau truk baru berani berjalan setelah subuh, dan kendaraan-kendaraan kecil bahkan menunggu hingga matahari terbit. Kebanyakan, kendaraan dari timur yang sampai ke Alas Roban menjelang malam hari, akan beristirahat dulu di pasar Plelen.
Sementara yang dari barat akan singgah di Banyuputih. Jika terpaksa berjalan malam hari, kendaraan-kendaraan ini selalu beriringan lima atau enam sekali jalan.
Kondisi tersebut sangat wajar memunculkan mitos yang bermacam-macam. Jalanan curam, berkelok-kelok dengan tikungan yang tajam sudah pasti akan sangat rawan bagi kendaraan, terutama yang berjalan ugal-ugalan atau melebihi batas kecepatan. Ditambah dengan belum adanya lampu penerang, wajar jika bus atau truk memilih menunggu hingga pagi tiba.
Jika menilik dari sejarah, jalan yang menembus Alas Roban adalah satu-satunya jalur yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di tengah-tengah hutan jati itu. Sekitar tahun 1808-1811, jalan ini dibuat sebagai bagian dari proyek Anyer-Panarukan Daendels yang berusaha menghubungkan seluruh Jawa dengan satu jalan di Jalur Pantura.
Namun sekarang, jalan yang menembus Alas Roban bukan satu-satunya jalur. Sekarang sudah dibangun dua jalan alternatif bagi yang ingin menuju Semarang. Selain jalur lama ini, terdapat jalan beton yang khusus digunakan untuk bus dan truk, serta jalanan biasa yang dapat dilewati mobil pribadi dan sepeda motor.
Cerita-cerita seram seputar Alas Roban pun berangsur-angsur menghilang dengan semakin banyaknya kendaraan yang melintasi jalur tersebut, baik bis, truk, mobil pribadi, maupun sepeda motor. Jika pengendara merasa lelah, bisa beristirahat sebentar di rumah-rumah makan atau warung yang sekarang sudah banyak berdiri di sepanjang jalan.
Dapatkan Sample GRATIS Produk sponsor di bawah ini, KLIK dan lihat caranya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.